Selasa, 12 November 2013

Inspirasi dari Remaja berjuluk “Ratu Sampah” Indonesia




Bagi beberapa orang istilah ratu sampah adalah hal aneh bahkan ada beberapa yang salah presepsi. Di Indonesia ada dua ratu sampah yang sangat terkenal dan keduanya berasal dari Kota Bandung. Khilda Baiti Rohmah sebagai "Ratu Sampah" dari UNPAS dan Amilia Agustin Remaja berjuluk "Ratu Sampah" dari SMAN 11 Bandung.

Pada suatu forum seminar, penulis berkesempatan satu forum pemateri dalam "talkshow "young on top" Shariah Academic Training UKM Ekonomi Islam SCIEmics di kampus UPI. Ami sebagai perwakilan generasi muda yang berprestasi dan peduli terhadap lingkungan.




Kepedulian terhadap masa depan bangsa ditunjukkan secara nyata oleh karya seorang generasi muda, yaitu Amilia Agustin, sang “Ratu Sampah Sekolah” di Bandung. Ia adalah contoh generasi muda yang penuh semangat berkarya untuk perubahan dan dedikasi kepada masyarakat demi kemajuan bangsa.

Bagi Amilia Agustin, merawat lingkungan bukanlah monopoli orang dewasa. Berawal dari kegelisahannya melihat onggokan sampah di lingkungan sekolahnya, Ami, begitu ia biasa dipanggil terdorong untuk membentuk komunitas yang mengelola sampah berbasis sekolah, lewat program “Go to Zero Waste School.”

Remaja yang aktif di berbagai kegiatan ini, antara lain Kelompok Ilmiah Remaja, Matematika Club, Komunitas Sahabat Kota, Balad Kuring, Kebunku serta Archipelago, mengawali kegiatan positifnya ini dengan obrolan bersama teman-temannya pada tahun 2008. Ami yang saat itu masih duduk di kelas 3 SMPN 11 Bandung berusia 14 tahun.  Ia aktif mengampanyekan pengelolaan sampah kepada warga sekolah dan masyarakat di sekitarnya.

Saat ini, Ami bersekolah di SMA 11 Bandung. Bersama 28 orang teman-teman sekolahnya, ia membentuk kelompok yang diberi nama Bandung Bercerita. Gadis remaja berusia 17 tahun ini memfokuskan kegiatannya pada pengelolaan sampah di luar sekolah. Mereka juga aktif mencari generasi muda yang peduli terhadap lingkungan dan komponen alamnya, lewat kegiatan mengajar tentang lingkungan.

Kegiatan ini dilakukan di tujuh sekolah dasar, yaitu SDN Leuwi Anyar, SDN Dwikora, SDN Padasuka, SDN Cijeruk, SDN Pasir Ipis, SDN Tegalega dan SDN Pelita Jasa. Ke semuanya di Bandung. Tidak hanya itu, ia dan teman-temannya juga melakukan pembinaan pengolahan sampah di kampung dan desa, sehingga masyarakat bisa mendaur ulang sampah menjadi barang-barang bermanfaat yang bisa dijual, seperti kerajinan tangan dan pupuk kompos, yang hasilnya dimanfaatkan sebagai uang tabungan bagi anak-anak mereka untuk bersekolah. (Bogor News)

Bermula saat pelajaran olah raga, lari keliling melewati sebuah taman kota di dekat SMP-nya di Bandung, Amilia Agustin yang melewati sebuah tempat pembuangan sampah merasa terpanggil untuk berbuat sesuatu.

Saat itu, Ami melihat ada plang bertuliskan “mulailah memilah sampah dari diri masing-masing”.
Maka, ia pun berinisiatif untuk memulai dari skup sekolahnya sendiri. Lalu, ia mengajak teman-teman yang seide dengannya, dan 10 orang di antaranya menyatakan sepakat untuk segera memulai dengan memisahkan sampah-sampah bungkus plastik jajanan di sekolahnya, lalu meluas ke tempat pembuangan sampah di dekat sekolahnya. Sepulang sekolah, ia dan teman-temannya mulai menjalankan aktifitasnya “memisahkan sampah” berdasarkan klasifikasinya masing-masing, organik dan non organik.  Di saat teman-teman lain mungkin sedang sibuk bermain, sisanya sedang terlelap menikmati tidur siangnya.

Tidak semudah yang dikatakan tentunya. Ejekan dan ledekan teman berhasil diabaikan. Dan beruntung, Bu Ami, guru biologinya mendukung dengan dasar keilmuan yang beliau miliki dalam hal pengolahan sampah. Sampai satu kesempatan Ami mengajak kesepuluh teman serta Ibu Guru Ani bikin tim pembersih sampah yang diberi nama “Go to Zero Waste School”. Semenjak itu, berbagai kegiatan dilakukan secara perlahan dan terus menerus. Dari mulai pengolahan sampah organik menjadi pupuk, pengumpulan kemasan makanan dan diberikan kepada ibu-ibu di lingkungannya untuk dijadikan kreasi tas, dsb.

Paralel dengan itu, edukasi kepada anak-anak usia SD tentang sampah dilakukan dengan kreatif melalui buku-buku cerita dari bahan daur ulang, dan penciptaan boneka-boneka/ wayang sebagai tokoh cerita.  Ia menyimpulkan, anak-anak usia SD adalah usia paling tepat untuk mulai ditebarkan virus pembelajaran, edukasi seputar sampah. Sebuah langkah kreatif yang akhirnya mengundang perhatian khalayak luas.

Dari seorang siswa yang tak mempunyai kemampuan berbicara yang cukup menjelma menjadi seorang siswa yang terlihat cerdas, lancar dan fasih berbicara di depan umum, semua karena dorongan dan semangat yang sangat tinggi dalam hal pengelolaan sampah.

Di forum Kick Andy edisi Sabtu, tanggal 7 Juli 2012, Ami tampil sangat mengagumkan dengan kedewasaan cara berfikir yang mungkin melebihi sebagian besar kita. Menjadi salah satu pemenang SATU Indonesia Award 2010 dan berbagai forum penghargaan lainnya adalah efek samping dari sumbangsihnya sebagai remaja yang memilih menemukan jati dirinya sebagai ratu sampah, pahlawan sampah. (Kompasiana

Efek samping lain adalah, ia telah diberi penawaran beasiswa dari berbagai negara ( Singapore, Australia dan Amerika ) serta dari negeri sendiri, PT. Astra International. Sebuah apresiasi dari dunia yang sudah selayaknya diberikan pada generasi yang luar biasa itu. Satu ungkapan menarik dan patut menjadi slogan yang wajib disebarluaskan, yang diambilnya dari sebuah slide show yang ditularkannya kembali di forum Kick Andy adalah  
Jika kita bukan orang sembarangan, jangan membuang sampah sembarangan!”
Amilia Agustin

Kabar terbaru Amilia Agutin (17) akan berangkat ke Jepang dalam rangka pertukaran pelajar di Gakuen High School, Jepang bersama sejumlah rekannya.

"Ya Ami akan ke Jepang, bersyukur karena merupakan kesempatan untuk bisa mendapatkan pengalaman sekolah di sana," kata Amilia ketika ditemui di sela-sela peluncuran Satu Indonesia Award 2013 yang digelar PT Astra untuk wilayah Jawa Barat.

Gadis peraih Satu Indonesia Award 2010 dalam usia 14 tahun itu bersama tiga temannya akan mengikuti pelajaran di kelas bersama para pelajar Jepang, mempelajari kebudayaan serta melihat langsung pengolahan ampai di Negeri Sakura itu.

"Saya sangat tertarik dengan pengolahan sampah, selama ini saya hanya dengar dari cerita orang lain. Katanya sudah canggih dan berteknologi tinggi, namun saya akan mencari tahu sisi lain daur ulang sampah yang bisa dikelola oleh masyarakat," kata Ami.

Kegiatan sekolah ke Jepang itu, merupakan program dari Dinas Pendidikan Kota Bandung yang akan digelar selama sebulan lebih yakni pada Mei hingga Juni 2013.

"Meski hanya sebulan, namun akan digunakan semaksimal mungkin untuk belajar, juga merintis untuk bisa mendapat kesempatan kuloah di ana," kata Ami yang mengincar bea siswa melanjutkan kuliah di Tokyo University atau Kyoto University itu.

Ami dijuluki Ratu Sampah Sekolah karena perannya sebagai pionir pengembangan pengelolaan sampah untuk menjadi bahan yang bermanfaat dan bisa dijual untuk meningkatkan penghasilan. Ata perannya, ia mendapat apresiasi Satu Indonesia Award 2010 Astra Internasional, yakni penghargaan bagi pionir-pionir muda Indonesia. (Antara Jawa Barat)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar