Bagi
beberapa orang istilah ratu sampah adalah hal aneh bahkan ada beberapa
yang salah presepsi. Di Indonesia ada dua ratu sampah yang sangat
terkenal dan keduanya berasal dari Kota Bandung. Khilda Baiti Rohmah
sebagai "Ratu Sampah" dari UNPAS dan Amilia Agustin Remaja berjuluk
"Ratu Sampah" dari SMAN 11 Bandung.
Pada suatu forum seminar, penulis berkesempatan satu forum pemateri dalam "talkshow "young on top" Shariah Academic Training UKM Ekonomi Islam SCIEmics di kampus UPI. Ami sebagai perwakilan generasi muda yang berprestasi dan peduli terhadap lingkungan.
Pada suatu forum seminar, penulis berkesempatan satu forum pemateri dalam "talkshow "young on top" Shariah Academic Training UKM Ekonomi Islam SCIEmics di kampus UPI. Ami sebagai perwakilan generasi muda yang berprestasi dan peduli terhadap lingkungan.
Kepedulian terhadap masa depan bangsa ditunjukkan secara nyata
oleh karya seorang generasi muda, yaitu Amilia Agustin, sang “Ratu Sampah
Sekolah” di Bandung. Ia adalah contoh generasi muda yang penuh semangat
berkarya untuk perubahan dan dedikasi kepada masyarakat demi kemajuan bangsa.
Bagi Amilia Agustin, merawat lingkungan bukanlah monopoli orang dewasa. Berawal dari kegelisahannya melihat onggokan sampah di lingkungan sekolahnya, Ami, begitu ia biasa dipanggil terdorong untuk membentuk komunitas yang mengelola sampah berbasis sekolah, lewat program “Go to Zero Waste School.”
Remaja yang aktif di berbagai kegiatan ini, antara lain Kelompok Ilmiah Remaja, Matematika Club, Komunitas Sahabat Kota, Balad Kuring, Kebunku serta Archipelago, mengawali kegiatan positifnya ini dengan obrolan bersama teman-temannya pada tahun 2008. Ami yang saat itu masih duduk di kelas 3 SMPN 11 Bandung berusia 14 tahun. Ia aktif mengampanyekan pengelolaan sampah kepada warga sekolah dan masyarakat di sekitarnya.
Saat ini, Ami bersekolah di SMA 11 Bandung. Bersama 28 orang teman-teman sekolahnya, ia membentuk kelompok yang diberi nama Bandung Bercerita. Gadis remaja berusia 17 tahun ini memfokuskan kegiatannya pada pengelolaan sampah di luar sekolah. Mereka juga aktif mencari generasi muda yang peduli terhadap lingkungan dan komponen alamnya, lewat kegiatan mengajar tentang lingkungan.
Kegiatan ini dilakukan di tujuh sekolah dasar, yaitu SDN Leuwi Anyar, SDN Dwikora, SDN Padasuka, SDN Cijeruk, SDN Pasir Ipis, SDN Tegalega dan SDN Pelita Jasa. Ke semuanya di Bandung. Tidak hanya itu, ia dan teman-temannya juga melakukan pembinaan pengolahan sampah di kampung dan desa, sehingga masyarakat bisa mendaur ulang sampah menjadi barang-barang bermanfaat yang bisa dijual, seperti kerajinan tangan dan pupuk kompos, yang hasilnya dimanfaatkan sebagai uang tabungan bagi anak-anak mereka untuk bersekolah. (Bogor News)
Bagi Amilia Agustin, merawat lingkungan bukanlah monopoli orang dewasa. Berawal dari kegelisahannya melihat onggokan sampah di lingkungan sekolahnya, Ami, begitu ia biasa dipanggil terdorong untuk membentuk komunitas yang mengelola sampah berbasis sekolah, lewat program “Go to Zero Waste School.”
Remaja yang aktif di berbagai kegiatan ini, antara lain Kelompok Ilmiah Remaja, Matematika Club, Komunitas Sahabat Kota, Balad Kuring, Kebunku serta Archipelago, mengawali kegiatan positifnya ini dengan obrolan bersama teman-temannya pada tahun 2008. Ami yang saat itu masih duduk di kelas 3 SMPN 11 Bandung berusia 14 tahun. Ia aktif mengampanyekan pengelolaan sampah kepada warga sekolah dan masyarakat di sekitarnya.
Saat ini, Ami bersekolah di SMA 11 Bandung. Bersama 28 orang teman-teman sekolahnya, ia membentuk kelompok yang diberi nama Bandung Bercerita. Gadis remaja berusia 17 tahun ini memfokuskan kegiatannya pada pengelolaan sampah di luar sekolah. Mereka juga aktif mencari generasi muda yang peduli terhadap lingkungan dan komponen alamnya, lewat kegiatan mengajar tentang lingkungan.
Kegiatan ini dilakukan di tujuh sekolah dasar, yaitu SDN Leuwi Anyar, SDN Dwikora, SDN Padasuka, SDN Cijeruk, SDN Pasir Ipis, SDN Tegalega dan SDN Pelita Jasa. Ke semuanya di Bandung. Tidak hanya itu, ia dan teman-temannya juga melakukan pembinaan pengolahan sampah di kampung dan desa, sehingga masyarakat bisa mendaur ulang sampah menjadi barang-barang bermanfaat yang bisa dijual, seperti kerajinan tangan dan pupuk kompos, yang hasilnya dimanfaatkan sebagai uang tabungan bagi anak-anak mereka untuk bersekolah. (Bogor News)
Bermula saat pelajaran
olah raga, lari keliling melewati sebuah taman kota di dekat SMP-nya di
Bandung, Amilia Agustin yang melewati sebuah tempat pembuangan sampah merasa
terpanggil untuk berbuat sesuatu.
Saat itu, Ami melihat
ada plang bertuliskan “mulailah memilah sampah dari diri masing-masing”.
Maka, ia pun
berinisiatif untuk memulai dari skup sekolahnya sendiri. Lalu, ia mengajak
teman-teman yang seide dengannya, dan 10 orang di antaranya menyatakan sepakat
untuk segera memulai dengan memisahkan sampah-sampah bungkus plastik jajanan di
sekolahnya, lalu meluas ke tempat pembuangan sampah di dekat sekolahnya. Sepulang
sekolah, ia dan teman-temannya mulai menjalankan aktifitasnya “memisahkan
sampah” berdasarkan klasifikasinya masing-masing, organik dan non organik.
Di saat teman-teman lain mungkin sedang sibuk bermain, sisanya sedang
terlelap menikmati tidur siangnya.
Tidak semudah yang
dikatakan tentunya. Ejekan dan ledekan teman berhasil diabaikan. Dan beruntung,
Bu Ami, guru biologinya mendukung dengan dasar keilmuan yang beliau miliki
dalam hal pengolahan sampah. Sampai
satu kesempatan Ami mengajak kesepuluh teman serta Ibu Guru Ani bikin tim pembersih
sampah yang diberi nama “Go to Zero Waste School”. Semenjak itu, berbagai
kegiatan dilakukan secara perlahan dan terus menerus. Dari mulai pengolahan
sampah organik menjadi pupuk, pengumpulan kemasan makanan dan diberikan kepada
ibu-ibu di lingkungannya untuk dijadikan kreasi tas, dsb.
Paralel
dengan itu, edukasi kepada anak-anak usia SD tentang sampah dilakukan dengan
kreatif melalui buku-buku cerita dari bahan daur ulang, dan penciptaan
boneka-boneka/ wayang sebagai tokoh cerita. Ia menyimpulkan, anak-anak
usia SD adalah usia paling tepat untuk mulai ditebarkan virus pembelajaran,
edukasi seputar sampah. Sebuah langkah kreatif
yang akhirnya mengundang perhatian khalayak luas.
Dari
seorang siswa yang tak mempunyai kemampuan berbicara yang cukup menjelma
menjadi seorang siswa yang terlihat cerdas, lancar dan fasih berbicara di depan
umum, semua karena dorongan dan semangat yang sangat tinggi dalam hal
pengelolaan sampah.
Di forum Kick Andy
edisi Sabtu, tanggal 7 Juli 2012, Ami tampil sangat mengagumkan dengan
kedewasaan cara berfikir yang mungkin melebihi sebagian besar kita. Menjadi
salah satu pemenang SATU Indonesia Award 2010 dan berbagai forum penghargaan
lainnya adalah efek samping dari sumbangsihnya sebagai remaja yang memilih
menemukan jati dirinya sebagai ratu sampah, pahlawan sampah. (Kompasiana)
Efek samping lain
adalah, ia telah diberi penawaran beasiswa dari berbagai negara ( Singapore,
Australia dan Amerika ) serta dari negeri sendiri, PT. Astra International.
Sebuah apresiasi dari dunia yang sudah selayaknya diberikan pada generasi yang
luar biasa itu. Satu ungkapan menarik
dan patut menjadi slogan yang wajib disebarluaskan, yang diambilnya dari sebuah
slide show yang ditularkannya kembali di forum Kick Andy adalah
“Jika kita bukan orang sembarangan, jangan membuang sampah sembarangan!”
Amilia Agustin
Kabar terbaru Amilia Agutin (17) akan berangkat ke
Jepang dalam rangka pertukaran pelajar di Gakuen High School, Jepang bersama
sejumlah rekannya.
"Ya Ami akan ke Jepang, bersyukur karena merupakan kesempatan untuk bisa mendapatkan pengalaman sekolah di sana," kata Amilia ketika ditemui di sela-sela peluncuran Satu Indonesia Award 2013 yang digelar PT Astra untuk wilayah Jawa Barat.
Gadis peraih Satu Indonesia Award 2010 dalam usia 14 tahun itu bersama tiga temannya akan mengikuti pelajaran di kelas bersama para pelajar Jepang, mempelajari kebudayaan serta melihat langsung pengolahan ampai di Negeri Sakura itu.
"Saya sangat tertarik dengan pengolahan sampah, selama ini saya hanya dengar dari cerita orang lain. Katanya sudah canggih dan berteknologi tinggi, namun saya akan mencari tahu sisi lain daur ulang sampah yang bisa dikelola oleh masyarakat," kata Ami.
Kegiatan sekolah ke Jepang itu, merupakan program dari Dinas Pendidikan Kota Bandung yang akan digelar selama sebulan lebih yakni pada Mei hingga Juni 2013.
"Meski hanya sebulan, namun akan digunakan semaksimal mungkin untuk belajar, juga merintis untuk bisa mendapat kesempatan kuloah di ana," kata Ami yang mengincar bea siswa melanjutkan kuliah di Tokyo University atau Kyoto University itu.
Ami dijuluki Ratu Sampah Sekolah karena perannya sebagai pionir pengembangan pengelolaan sampah untuk menjadi bahan yang bermanfaat dan bisa dijual untuk meningkatkan penghasilan. Ata perannya, ia mendapat apresiasi Satu Indonesia Award 2010 Astra Internasional, yakni penghargaan bagi pionir-pionir muda Indonesia. (Antara Jawa Barat)
"Ya Ami akan ke Jepang, bersyukur karena merupakan kesempatan untuk bisa mendapatkan pengalaman sekolah di sana," kata Amilia ketika ditemui di sela-sela peluncuran Satu Indonesia Award 2013 yang digelar PT Astra untuk wilayah Jawa Barat.
Gadis peraih Satu Indonesia Award 2010 dalam usia 14 tahun itu bersama tiga temannya akan mengikuti pelajaran di kelas bersama para pelajar Jepang, mempelajari kebudayaan serta melihat langsung pengolahan ampai di Negeri Sakura itu.
"Saya sangat tertarik dengan pengolahan sampah, selama ini saya hanya dengar dari cerita orang lain. Katanya sudah canggih dan berteknologi tinggi, namun saya akan mencari tahu sisi lain daur ulang sampah yang bisa dikelola oleh masyarakat," kata Ami.
Kegiatan sekolah ke Jepang itu, merupakan program dari Dinas Pendidikan Kota Bandung yang akan digelar selama sebulan lebih yakni pada Mei hingga Juni 2013.
"Meski hanya sebulan, namun akan digunakan semaksimal mungkin untuk belajar, juga merintis untuk bisa mendapat kesempatan kuloah di ana," kata Ami yang mengincar bea siswa melanjutkan kuliah di Tokyo University atau Kyoto University itu.
Ami dijuluki Ratu Sampah Sekolah karena perannya sebagai pionir pengembangan pengelolaan sampah untuk menjadi bahan yang bermanfaat dan bisa dijual untuk meningkatkan penghasilan. Ata perannya, ia mendapat apresiasi Satu Indonesia Award 2010 Astra Internasional, yakni penghargaan bagi pionir-pionir muda Indonesia. (Antara Jawa Barat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar